Mazmur 23

Postingan kali ini banyak disadur dari reddit (r/literature), dari topik tentang kalimat apa yang berkesan; salah seorang redditor menjawab: Psalm 23 (Mazmur 23).

The Lord is my Shepherd; I shall not want.

He maketh me to lie down in green pastures:

He leadeth me beside the still waters.

He restoreth my soul:

He leadeth me in the paths of righteousness for His name’ sake.

Yea, though I walk through the valley of the shadow of death,

I will fear no evil: For thou art with me;

Thy rod and thy staff, they comfort me.

Thou preparest a table before me in the presence of mine enemies;

Thou annointest my head with oil; My cup runneth over.

Surely goodness and mercy shall follow me all the days of my life,

and I will dwell in the House of the Lord forever.

Ayat di atas menggambarkan “kerinduan” kita akan dukungan dan arah yang jelas di dalam hidup yang serba tidak pasti ini. Kita tidak harus membayangkan ada “entitas supernatural” yang secara harafiah menuntun kita melewati Lembah Kekelaman; kita bisa juga mengingat masa-masa dalam hidup kita di saat ada mereka, sesama manusia, yang menggenggam tangan kita selama masa-masa yang sulit.

Terkadang, kita sendirian di dalam lembah yang gelap itu. Di saat itu, kita bisa benar-benar merasa tidak berdaya dan merasa seperti anak kecil yang dihadapkan pada ketidakmampuan diri kita, sehingga kita benar-benar berharap ada seorang “gembala” yang membawa tongkat dan gada yang akan menjaga, menyelamatkan, dan menuntun kita.

Ayat seperti di atas bisa membantu kita untuk belajar empati terhadap orang-orang yang punya pemikiran religius (saya orangnya gak religius), sebab kalimat-kalimat tersebut membahas tentang kecemasan eksistensial yang menjadi bagian dari diri kita sebagai manusia, sekaligus juga memberikan rasa aman dalam menghadapi permasalahan hidup bagi mereka yang membacanya.

Daripada menciptakan polemik yang tidak berujung (kebenaran versi aku vs versi kamu), kalimat di atas menggambarkan bahwa kita semua, apapun kepercayaannya, menghadapi permasalahan yang sama dalam hidup. Kita semua sama-sama takut, sama-sama merasa kecil, dan sama-sama ingin menjalani hidup sebaik-baiknya.

Mungkin itu sebabnya kita berpegang pada sesuatu untuk kita percayai.

P.S.: Ini terjemahan bahasa Indonesianya, menurut versi BIS (Bahasa Indonesia Sehari-hari):

Tuhan bagaikan seorang gembala bagiku, aku tidak kekurangan.

Ia membaringkan aku di padang rumput yang hijau. Ia membimbing aku menuju air yang tenang.

Ia memberi aku kekuatan baru, dan menuntun aku di jalan yang benar, sesuai dengan janji-Nya.

Meskipun aku melalui lembah yang gelap, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau menemani aku. Engkau melindungi aku seperti seorang gembala melindungi dombanya dengan tongkat dan gada.

Engkau menyiapkan pesta bagiku di depan mata lawanku. Engkau menyambut aku sebagai tamu terhormat. Engkau menyuguhi aku minuman lezat berlimpah-limpah.

Aku tahu Engkau baik kepadaku, dan selalu mengasihi aku. Maka aku boleh diam di Rumah-Mu, selama hidupku.

Tinggalkan komentar