Convenience Store Woman – Gadis Supermarket, Sayaka Murata

Kisah seorang perempuan yang tidak tahu bagaimana cara menjadi manusia normal dan hanya dapat mendefinisikan dirinya lewat aktivitas kerja yang dia lakukan sebagai karyawan paruh waktu di minimarket.

Sebuah Sinopsis

Saya awalnya tahu novel karya Sayaka Murata ini dari Twitter, sewaktu ada pengumuman kegiatan #BacaBarengKonbiniNingen. “Konbini Ningen” adalah judul asli novel ini dalam bahasa Jepang. Berhubung buku ini ada di Gramedia Digital, saya langsung unduh dan mulai membaca. Karena satu dan lain hal, saya tidak selesai membaca buku ini di periode waktu Baca Bareng yang ditetapkan. Dua minggu setelah event itu selesai, saya mulai membaca kembali buku ini. Ternyata novel ini cukup pendek sehingga cukup cepat selesai dibaca.

Keiko, tokoh utama novel ini, adalah karakter yang merasa kesulitan untuk bisa diterima oleh masyarakat umum. Perilaku sehari-harinya awalnya mendeskripsikan Keiko sebagai tokoh yang polos. Tapi lama-lama perilaku tersebut mengindikasikan bahwa karakter ini mengidap Asperger’s Syndrome atau mungkin spektrum autisma lainnya. Dia sulit memahami social cues dari lingkungan sekitar, sehingga terkadang perilakunya dianggap aneh. Perilakunya nampak seperti robot yang salah diprogram. Misalnya, ketika dia menemukan burung di sekolah mati, dia tidak menunjukkan emosi sedih. Dia malah bingung kenapa harus sedih, kenapa teman-temannya sedih, sambil memikirkan bahwa sepertinya burung ini sebaiknya dibuat jadi sate (yakitori) karena toh sudah terlanjur mati.

Dia tumbuh dewasa menjadi dirinya yang tetap seperti demikian. Tentunya dia kesulitan untuk kelihatan normal di mata masyarakat, hingga akhirnya dia mulai bekerja sebagai tenaga paruh waktu di sebuah minimarket. Sebagai seorang pekerja, semua hal serba teratur. Dia memulai pagi dengan briefing yang dapat dia pahami, dia tahu apa yang perlu dia lakukan ketika ada pembeli datang, dan semua itu membuat dirinya merasa cukup normal. Ketika dia bisa menjalani perannya sebagai “Gadis Minimarket”, dia merasa bisa memenuhi ekspektasi lingkungan dan sudah menjadi anggota masyarakat yang berguna.

Ketika memasuki tahapan perkembangan yang baru, kebanyakan orang dewasa akan memperluas cakupan diri mereka. Setelah lulus kuliah, kita mungkin akan mencari pekerjaan pertama, tetapi setelah itu kita melangkah kembali ke pekerjaan berikutnya, dan seterusnya. Tetapi Keiko tetap menjadi pegawai paruh waktu di minimarket tersebut. Momen kenormalan hanya dapat ia rasakan ketika ia bekerja di sana. Di luar identitas dan perannya sebagai “Gadis Minimarket”, dia kesulitan untuk bisa diterima oleh masyarakat. Inilah konflik utama di dalam novel ini yang di bagian ending-nya menurut saya masih cukup sesuai dengan tema novelnya secara keseluruhan.

Dua Buah Pembelajaran

Meskipun tokoh Keiko di dalam novel ini cukup “unik”, persoalan yang dirasakan oleh Keiko juga umum dirasakan oleh kebanyakan pembaca. Dalam menjalani hidup, banyak peran yang kita jalani. Misalnya sebagai anak, kita harus berperan sebagai “anak berbakti”, karena itulah ekspektasi masyarakat kepada kita. Sebagai orang dewasa pada usia tertentu, kita diharapkan untuk punya pasangan, menikah, dan kemudian punya anak pada jenjang usia tertentu… karena itulah ekspektasi masyarakat kepada kita. Begitu pula dalam hal pekerjaan, kita diharapkan sudah memperoleh pencapaian atau jenjang tertentu (ini dibahas di dalam novel karena beberapa karakter menyebutkan kenapa ada orang yang sudah berusia lebih dari 30 tahun tetapi masih bekerja secara paruh waktu). Melalui karakter Keiko, penulis nampaknya menyampaikan kritik bahwa seringkali masyarakat menuntut seseorang (atau bahkan memaksakan) untuk menjalani peran sesuai harapan orang lain, tanpa mempertimbangkan bahwa mungkin orang itu belum tentu ingin menjalani peran tersebut. Siapa tahu, tanpa kita sadari, kita pun memaksa agar orang lain menjalani peran mereka sesuai dengan harapan kita.

Namun selain poin pertama tersebut, saya juga belajar dari karakter Keiko agar tidak terlalu mendefinisikan seluruh diri kita hanya dari satu aktivitas atau peran saja. Keiko hanya mampu merasa normal dan berharga sebagai anggota masyarakat sebagai “Gadis Minimarket”. Tanpa status sebagai “Gadis Minimarket”, dia tidak bisa menjadi orang yang normal. Begitu pula dengan kita, semisalnya kita 100% mendefinisikan diri kita dari satu peran yang kita jalani saat ini (entah sebagai pegawai, pengusaha, ibu rumah tangga, atau peran lainnya), apakah kita masih menjadi diri kita ketika peran tersebut dicabut dari identitas kita? Apakah kita tetap tahu siapa diri kita?

Sebagai orang dewasa, kita cukup mampu untuk beradaptasi dengan situasi yang berubah-ubah. Kita tidak hanya berhadapan dengan dunia yang statis, yang dalam novel ini direpresentasikan oleh minimarket yang “begini-begini saja sejak dulu, tidak berubah“. Akan ada banyak hal-hal baru dan tidak terduga yang dapat kita temui dalam perjalanan hidup kita, sehingga kemampuan adaptasi kita akan membantu kita untuk terus berkembang.

Persoalan yang dialami Keiko sebenarnya banyak dialami oleh orangtua yang memasuki masa purna tugas (pensiun). Ketika hampir seluruh hidupnya didedikasikan untuk pekerjaan, cukup banyak orangtua yang mengalami kesulitan untuk beradaptasi ketika jabatannya hilang. Itulah sebabnya banyak perusahaan yang memberikan pelatihan persiapan pensiun agar mereka bisa tetap menyesuaikan diri ketika tidak lagi menjadi pejabat.

Simpulan dari saya, ini novel pendek yang menarik untuk dibaca di waktu senggang. Cukup ringan dan bisa diselesaikan dengan cepat, pesan yang disampaikan pun tidak terlalu ribet. Cocok buat pembaca yang sedang galau dengan ekspektasi dari lingkungan sekitarnya maupun ekspektasi yang diberikan kepada dirinya sendiri.

Tiga Buah Review di YouTube

Saya mencoba mencari apakah ada pembaca Indonesia lain yang mengunggah ulasan mereka di YouTube. Ternyata tidak banyak, tetapi konten mereka cukup memberikan perspektif lain dari novel ini:

Iklan

Satu tanggapan untuk “Convenience Store Woman – Gadis Supermarket, Sayaka Murata

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s