Kemarin saya baru mulai mencoba berlangganan Scribd. Salah satu rekomendasi audiobooknya adalah biografi Elon Musk karya Ashlee Vance. Ini pengalaman pertama saya mendengarkan audiobook di Scribd. Ternyata cukup menyenangkan juga, soalnya kita bisa konsumsi kontennya sambil melakukan aktivitas lain, misalnya cuci piring atau membersihkan kamar.
Buku ini juga menarik perhatian saya karena ada berita bahwa Elon Musk akan membuka Gigafactory di Indonesia. Indonesia adalah salah satu produsen nikel terbesar di dunia, dan nikel merupakan salah satu bahan baku baterai listrik yang digunakan oleh perusahaan milik Elon Musk. Pemerintah Indonesia juga berencana untuk memberikan dukungan dan mengembangkan industri nikel dari hulu ke hilir. Proses pengembangan pabrik ini sepertinya akan dimudahkan karena beberapa waktu yang lalu Omnibus Law Cipta Kerja diresmikan sebagai Undang-undang. Semoga hal ini memberi dampak positif bagi lapangan kerja di Indonesia, karena ini industri pabrik yang biasanya padat karya akan bisa menafkahi banyak keluarga.
Nah, kembali ke bukunya, biografi ini disusun berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis terhadap Elon Musk dan juga berbagai pihak lain yang terlibat dalam berbagai tahapan kehidupannya: mulai dari hidup masa kecil di Afrika, pindah ke Amerika, mulai membangun PayPal, SpaceX, Tesla, dan juga naik-turun kehidupan pernikahannya. Isinya bisa dibilang approved by Elon karena penulis melakukan bertemu seminggu sekali dengan Elon untuk membahas buku ini. Meski ada sebagian cerita dalam buku ini yang menceritakan sisi negatif dari Elon Musk, sebagian besar bukunya menggambarkan Elon Musk sebagai individu yang mengagumkan dan juga terkesan memberi pembenaran atas keputusan bisnis yang ia lakukan.
Buku ini menggambarkan Elon Musk sebagai pribadi yang berani mengambil resiko, gigih, dan juga memiliki kepribadian yang unik. Khususnya di bab mengenai SpaceX, Elon digambarkan sebagai orang yang gila kerja dan juga menuntut karyawannya untuk sama-sama gila bekerja. Kenapa? Karena yang dikerjakan oleh SpaceX adalah untuk memajukan umat manusia: mencari cara untuk membuka koloni di planet Mars. Bekerja 20 jam dalam sehari dianggap sebagai hal yang “normal”.
Yang menarik: pada bagian awal disebut bahwa Silicon Valley tidak membawa inovasi. Orang-orang cerdas di berbagai startup hanya sekadar menggunakan kemampuan mereka hanya untuk memikirkan bagaimana cara membuat orang mau mengklik iklan atau tinggal lebih lama di dalam aplikasi. Apa yang dilakukan oleh “inovator teknologi” tersebut tidak membuat manusia menjadi lebih baik. Hal inilah yang dinarasikan oleh Elon Musk alasan di balik misi besar SpaceX.
Buku ini juga sedikit masuk ke dalam kontroversi Elon Musk terkait kontribusinya di PayPal maupun Tesla. Sebesar apa sebenarnya peranan Elon Musk? Apakah dia benar-benar berjasa sepenuhnya atau sebenarnya dia ditonjolkan hanya karena dia yang paling sering tampil di media saja? Persona yang dia tampilkan sebagai seorang “Tony Stark” versi dunia nyata bahkan membuatnya tampil sebagai cameo di film Iron Man 2. Beberapa orang dalam biografi ini pun mengakui bahwa jika Tony Stark ada di dunia nyata, nampaknya dia akan nongkrong dengan orang seperti Elon Musk.
Buku ini terbit di tahun 2016. Apa langkah berikutnya dari Elon Musk sejak itu? Sepanjang 3-4 tahun sejak buku ini terbit, nampaknya nama Elon Musk terbang semakin tinggi sebagaimana roketnya terbang tinggi. Dia sudah mengorbitkan Starman, bahkan sudah berhasil membuat roket yang dapat digunakan ulang. Karena SpaceX bisa menjadi besar berkat kontrak kerja dengan pemerintah, apakah dia masih akan tetap fokus dengan misinya untuk menerbangkan manusia ke Mars, atau malah akan beralih ke teknologi militer dan membuat perang lebih mudah terjadi?
Satu tanggapan untuk “Elon Musk: Tesla, SpaceX, and the Quest for a Fantastic Future, Ashlee Vance”