Ada sejumlah nama penting yang dijumpai mahasiswa psikologi ketika kuliah: Wilhelm Wundt, Skinner, Pavlov, Carl Rogers, dan salah satu yang paling populer adalah Sigmund Freud, pencipta aliran psikoanalisis. Freud tidak hanya terkenal di ranah psikologi, tapi juga dalam bidang filsafat, sastra, serta bidang lainnya. Meski beberapa konsep yang ia kemukakan kemudian tidak dapat diuji kebenarannya secara ilmiah (tidak dapat “difalsifikasi”, istilahnya Karl Popper), namun ia memberikan fondasi bagi praktik psikoterapi, riset-riset psikologi, serta berbagai analisis kultural yang mewarnai abad 20.
Di Eropa nama Freud sangat populer. Tapi seberapa populerkah Sigmund Freud di Indonesia? Mahasiswa Psikologi hampir pasti tahu namanya, setidaknya ketika belajar Psikologi Kepribadian I. Tapi kebanyakan orang sepertinya sih tidak terlalu familiar. Jika saya input nama “Freud” di aplikasi Gramedia Digital, belum ada buku tersebut dalam database mereka (baik yang ditulis oleh Freud sendiri maupun yang menggunakan nama Freud di judulnya). Begitu juga dengan “Psikoanalisa” atau “Psikoanalisis”. Pendekatan psikoterapi tersebut tidak terlalu populer di Indonesia. Kalau kita cari “Psikologi” sih ada cukup banyak bukunya di Gramedia.

Psikoanalisis adalah aliran dalam bidang ilmu Psikologi yang konsep utamanya berkaitan dengan dorongan bawah sadar yang berpengaruh terhadap keseharian perilaku kita. Sifat dari dorongan bawah sadar ini biasanya berkaitan dengan insting seksual, agresi, atau naluri dasar lainnya (dinamakan “id”). Karena tabu yang diberlakukan oleh masyarakat (menjadi bagian dari kepribadian kita sebagai “suara hati” bernama superego), seringkali kita harus menekan pengaruh dari dorongan bawah sadar ini dalam berbagai bentuk perilaku lain yang dapat lebih diterima oleh lingkungan. Perjalanan hidup kita adalah kisah konflik dalam diri kita sendiri, antara Id dan Superego, yang dijembatani oleh Ego.
Pada awal abad 20, Psikologi masih merupakan bidang ilmu yang muda. Dengan segala kelebihan dan keterbatasannya, karya Freud memberikan pengaruh pada arah perkembangan ilmu Psikologi. Psikoanalisis sekarang lebih dikenal dengan terapi psikodinamik. Beberapa konsep dasarnya masih serupa (alam bawah sadar, konflik dalam diri, represi, dll), tapi ada beberapa modifikasi. Sebagai seorang penulis, Freud cukup produktif. Tapi sampai sekarang saya belum membaca langsung buku karya Sigmund Freud. Saya lebih banyak membaca cuplikan dan kilasan pemikirannya dalam buku-buku psikologi, khususnya psikologi kepribadian dan psikoterapi.

Saya akan mulai dengan baca “A General Introduction to Psychoanalysis”. Di Indonesia sudah ada terjemahannya. Buku ini juga dapat diakses di Gutenberg, karena hak ciptanya sudah tidak berlaku. Semoga perjalanan membaca ini dapat membuat saya semakin mendalami psikologi dan juga dapat mengapresiasi masa lalu ilmu ini, sehingga dapat lebih mengapresiasi hasil pemikiran Sigmund Freud. Saya akan tuliskan ringkasan serta impresi yang saya dapatkan dari membaca buku ini di post berikutnya.
Sumber foto: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Sigmund_Freud,by_Max_Halberstadt(cropped).jpg#/media/File:Sigmund_Freud_colorized.jpg
Teman saya ada yang kuliah psikologi di Surabaya walaupun keluarganya kurang setuju. Bahkan sekarang mengambil S2. Barangkali di Indonesia terutama mindset orang di kota kecil yang menganggap ilmu psikologi tidak menjanjikan buat penghidupan.
Hal yang sama juga saya alami sewaktu cerita ke teman sekelas di SMA bahwa saya mau kuliah Psikologi. Banyak teman yang tanya, juga termasuk wali kelas saya, nanti kamu cari duit dari mana? Haha… Terlepas dari itu semua, yang jelas saya sangat suka belajar ilmu psikologi dan menikmati kuliah-kuliahnya.
Memang yang terbaik adalah memilih sesuai “passion” kita.