
Ini kedua kalinya saya membaca buku karya Iksaka Banu. Saya terlebih dahulu membaca buku kumpulan cerita pendek berjudul Semua Untuk Hindia (yang membuatnya mendapatkan penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa kategori prosa pada tahun 2014). Berbeda dengan buku sebelumnya yang mengambil latar Hindia-Belanda (berkaitan dengan tema kolonial), buku kali ini latarnya di masa saat ini.
Ada 13 cerita pendek dalam buku ini:
- Film Noir: Kisah seorang sutradara yang derita hidupnya merupakan cerminan dari film yang dibuatnya; dia memperistri artis muda yang kemudian menyelingkuhinya (persis seperti jalan cerita dalam filmnya). Ia pun kemudian menyelesaikan masalah hidupnya dengan cara yang mirip dengan akhir dari film tersebut.
- Cermin: Ini kesannya seperti cerita Doraemon yang memberikan alat ajaib tetapi Doraemon diganti dengan Dukun, dan keluhan Nobita kali ini adalah ingin selingkuh tetapi tidak ketahuan. Jawabannya: cermin ajaib yang bisa membuat duplikat diri.
- Superstar: Kukuh Ranapati, seorang rock superstar memiliki kekasih bernama Mintarsih, perempuan yang gagu. Ketika Kukuh meninggalkannya, Mintarsih merenung sambil menatap tubuh Kukuh yang sudah tidak bernyawa.
- Listrik: Seorang suami merasa pusing karena istrinya dapat membaca pikiran setelah terkena sengatan listrik. Pusing, karena dia sama sekali tidak dapat menyembunyikan isi pikirannya dari istri yang pencemburu (termasuk kalau dia melamun jorok!). Lucunya, dia malah mencoba memanfaatkan situasi ini untuk membaca pikiran kliennya, agar bisa pitching ide iklan (yang kemudian gagal total).
- Belati: Armin Kelana, pelukis yang hendak bunuh diri, terjebak dalam situasi yang sulit ketika tidak sengaja membunuh tetangganya dengan Belati. Belum selesai dengan korban pertama dan kembali ke aktivitas bunuh diri, malah bertambah lagi tetangganya yang lain yang ikut terbunuh! Ini salah satu cerita yang lucu dalam absurditasnya.
- Jubah: Cerita yang ini referensinya agak spesifik, sehingga mungkin buat orang-orang tertentu kurang mengena. Intinya tentang pengkhianatan.
- Ratu Sekop: Pelukis yang mencari model yang tepat sebagai Ratu Sekop menemui seorang lonte yang dianggapnya cocok, tetapi dia malah menemukan karakteristik lain yang ada dalam lonte tersebut. Cerita pendek ini terpilih menjadi judul buku. Kisah yang diceritakan “Ratu Sekop” kepada sang pelukis cukup menarik.
- Lelaki dari Negeri Halilintar: Seperti cerita komik, lelaki dari negeri halilintar ini menjemput kita saat kematian tiba, tetapi memberi kita kesempatan untuk membereskan urusan yang belum tuntas.
- Undangan Seratus Tahun: Cerita ini agak beda karena latarnya adalah spekulasi yang terjadi di era futuristik yang sudah ada android. Di masa depan, populasi sudah terlalu padat sehingga orang-orang berusia tertentu diminta oleh negara untuk mati, agar memberi tempat bagi generasi yang lebih muda.
- Vertigo: Dwi Santoso mendapatkan kemampuan untuk meramal masa depan setiap kali vertigonya kambuh. Tambah lama makin banyak orang yang ingin diramal, masalahnya tiap kali vertigonya harus kambuh dulu. Klien terbesarnya: calon presiden.
- Sniper: Kisah perang yang menceritakan betapa peperangan membawa dampak buruk bagi semua pihak, dengan tokoh utama seorang prajurit yang terjebak di medan lawan.
- Istana Gotik: Ini serasa membaca cuplikan cerita dari Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan, karena Istana Gotik yang dimaksud di sini adalah tempat prostitusi. Tokoh utamanya adalah seorang jawara yang diminta menjaga seorang wanita panggilan kelas atas.
- VIP: Seperti potongan episode X-Files, tamu VIP yang dimaksud dalam cerita ini ternyata adalah… alien. Yha.
Dari semua cerita pendek ini, yang paling saya suka adalah Belati, Cermin, dan Istana Gotik. Beberapa kelokan (plot twist) sebenarnya cukup terbaca, tetapi justru tetap dapat dinikmati oleh pembaca.
Selain itu, Ratu Sekop dan cerita-cerita lainnya ini merupakan buku terbitan Marjin Kiri pertama yang saya baca! Ternyata kalau dilihat dari katalog yang ada di websitenya, buku terbitan Marjin Kiri bagus-bagus ya. Sehabis ini saya berencana membaca Dawuk: Kisah Kelabu dari Rumbuk Randu.
Tema yang beberapa kali muncul di kumpulan cerita ini adalah komedi dalam situasi yang absurd. Beberapa cerita tidak bermaksud melucu, malah tragis. Tapi situasi yang dihadapi oleh tokoh-tokohnya agak-agak tipis menyerempet ke ranah komedi. Kumpulan cerita ini sifatnya ringan dan cocok untuk dibaca sebagai hiburan pembuka atau penutup hari.