
Hampir semua buku Eka Kurniawan diterbitkan Gramedia Pustaka Utama. Kecuali buku ini, yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka. Kurang jelas apa alasannya kenapa dia menjadi satu-satunya hasil karya yang berbeda penerbit dibandingkan dengan yang lain.
Apakah karena temanya yang tidak terlalu banyak adegan dewasa sehingga penerbit lain dapat menerimanya? Atau justru pada saat itu kurang ada kecocokan dengan penerbit GPU? Yang jelas, kumpulan cerita pendek ini tetap berisi cerita yang khas ala Eka Kurniawan.
Ini judul-judul ceritanya dan kesan umum di tiap cerita tersebut:
- Gerimis yang Sederhana (2007). Ini bisa banget diperluas ceritanya menjadi suatu novel, tentang Mei yang trauma dengan kerusuhan 1998, Efendy yang punya istri, tentang pengemis yang mendapatkan cincin kawin Efendy… Tapi penulisnya memutuskan untuk menyudahi ceritanya. Gak apa-apa, ending-nya juga bagus.
- Gincu Ini Merah, Sayang (2007). Ini kisahnya agak tragis, tapi bagus. Marni, yang dulunya hanya menggunakan gincu ketika sedang bekerja di bar, berselisih paham dengan suaminya karena curiga bahwa ia kembali menjajakan dirinya seperti dulu. Cerita ini menyampaikan bagaimana rasa saling tidak percaya membuat suatu hubungan sulit untuk bertahan lama.
- Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi (2012). Cerita pendek yang dipilih menjadi judul buku ini terbilang bagus, jalan ceritanya pun terselesaikan dengan lengkap dan cukup memuaskan. Serasa membaca versi ringkas dari cerita pemuas batin ala The Alchemist.
- Penafsir Kebahagiaan (2007). Nah, ini cerita dewasa yang cukup ‘khas’ Eka Kurniawan, dengan twist yang cukup bikin kaget, hehe. Tokoh utamanya adalah Siti, seorang perempuan asal Indonesia yang dibawa ke Amerika untuk menjadi “pembantu” (yang bisa “dipake”, menurut istilah dalam cerpen ini) bagi sejumlah mahasiswa Indonesia. Ia terjebak dalam situasi pelik ketika ia tidak tahu siapa yang menghamilinya, lantaran banyak yang menggilirnya. Ia pun menggoda seorang pria agar dapat ia jerat untuk menikahinya. Siapa yang sangka ternyata pria yang digoda oleh Siti adalah… bapak dari mahasiswa yang mendatangkannya ke Amerika.
- Membuat Senang Seekor Gajah (2014). Ini kayaknya adaptasi dari tebakan garink jaman dulu: “Gimana caranya masukin gajah ke dalam kulkas?” tapi jawabannya betul-betul ditafsirkan secara harafiah. Jadinya antara seram, surealis, rada mengkhayal, tapi juga agak sedih.
- Jangan Kencing di Sini (2012). Ini cerita pendek yang jalan ceritanya nggak jalan ke mana-mana. Tapi ada nuansa humornya juga: bayangkanlah tokoh utamanya adalah orang yang marah akibat tiap malam ada orang yang kencing sembarangan di dekat tokonya. Tapi saat dia mengawasi untuk menangkap basah pelakunya, justru malah dia sendiri yang kebelet kencing.
- Tiga Kematian Marsilam (2006). Ini harus dibaca beberapa kali karena penggunaan nama yang diulang dan jalan cerita yang maju-mundur, sehingga kalau tidak awas maka kita bisa skip.
- Cerita Batu (2014). Sesuai dengan judulnya, ini benar-benar mengkisahkan perjalanan sebuah batu yang mendendam karena digunakan sebagai alat untuk membunuh. ‘Batu’ di sini dipersonifikasi sebagai seorang subjek yang punya pikiran, perasaan, dan niat berperilaku. Tentunya ia tetap hanya batu yang hanya bisa menerima apa yang terjadi pada dirinya. Buat cerita pendek yang ini, penyelesaian ceritanya terasa terlalu dibuat ‘pas’, jadinya malah terasa kurang memuaskan.
- La Cage aux Folles (2007). Cerita ini mengisahkan tentang waria yang dioperasi plastik dengan wajah seorang aktris porno Indonesia jaman dahulu. Ceritanya sih bagus karena ia membuka dan menutup cerita dengan kalimat yang sama, yaitu bahwa ada “jarak yang sangat jauh antara tubuh wanita dan pria“. Tapi ceritanya kayaknya masih bisa dieksplorasi karena tokoh Kemala, pasangan homoseksual si waria tersebut, belum banyak dijelaskan lebih lanjut namun ceritanya langsung disudahi.
- Setiap Anjing Boleh Berbahagia (2013). Ceritanya bisa dibilang sangat mirip dengan kisah ‘Kirik’ di novel ‘O’ (pengarangnya sama). Mungkin awalnya cerita pendek ini dibuat sebagai cerita tersendiri, tapi kemudian digabungkan dengan novel O karena cerita dan nuansanya yang mirip.
- Kapten Bebek Hijau (2011-2013). Ini cerita twist dari The Ugly Duckling. Ceritanya si Bebek yang berwarna Hijau ini ingin menjadi kuning seperti saudaranya yang lain, sehingga dia pergi ke gunung untuk mendapatkan obatnya. Dalam perjalanannya, warnanya yang hijau justru menyelamatkan dia dan ketika dia jadi kuning, justru dia kehilangan hal yang melindungi dirinya.
- Teka-Teki Silang (2006). Ini udah kayak serial X-Files, bagaimana jawaban yang ditemukan dalam suatu TTS kemudian benar-benar terjadi di dalam kejadian nyata sehari-hari.
- Membakar Api (2009). Ini cerita yang berkaitan dengan Mafia, seru. Mungkin kalau Eka Kurniawan membuat novel tentang organized crime akan jadi menarik banget. Tokoh utama perempuan dalam novel ini melarikan anak sang tokoh utama lelaki, karena mertua si perempuan (yang juga ketua organisasi penjahat) mengirim Pre (preman) untuk menghilangkan ayahnya.
- Pelajaran Memelihara Burung Beo (2007). Ini kisahnya tragis yaitu tentang kehilangan. Sebagaimana tokoh utama dalam cerita pendek ini kehilangan burung beo peliharannya (yang ternyata ilegal di luar negeri), ia serasa kembali mengulangi kepedihannya saat kehilangan anak-anaknya.
- Pengantar Tidur Panjang (2009). Saya pribadi cukup suka cerita yang ini, meskipun mungkin ceritanya tidak terlalu bombastis atau ajaib seperti cerita Eka Kurniawan yang lain. Tokoh utamanya merenungkan interaksi dia dan ayahnya, yang dalam cerita ini dikisahkan baru saja “tidur panjang”. Ceritanya cenderung normal, tanpa “belokan” yang terlalu dibuat-buat, tapi ending-nya manis sekali.
Kumpulan cerita pendek ini tentunya menyenangkan untuk dibaca, meskipun saya sendiri merasa lebih puas ketika membaca Cinta Tak Ada Mati (yang juga sudah saya ulas di blog ini). Mungkin cerita yang ini justru lebih bisa diterima oleh pembaca pada umumnya, meskipun cerita yang nyeleneh seperti dalam karya lainnya justru lebih menarik dibaca. Kalau kita hendak mengenalkan Eka Kurniawan pada kerabat kita dan tidak ingin dicap aneh karena berbagi cerita yang agak porno, mungkin buku ini dapat dijadikan rekomendasi.