Bilang Begini, Maksudnya Begitu by Sapardi Djoko Damono
My rating: 4 of 5 stars
Ini adalah buku apresiasi puisi pertama yang saya beli dan baca. Sebenarnya saya juga bukan orang yang gemar mengoleksi buku puisi, tapi saat itu saya merasa bahwa buku ini akan menarik untuk dibaca.
Ternyata memang benar, bukunya menarik. Untuk pembaca yang masih awam seperti saya (ini bukan buku teori sastra), buku tentang apresiasi puisi ini menjadi bacaan yang dapat dipahami dan tidak membuat alis berkerut karena bingung.
Ada tiga hal yang mendorong saya untuk beli buku ini.
Pertama, nama pengarangnya. Ia terkenal sebagai sastrawan yang produktif dan pencipta puisi “Aku Ingin” (aku ingin mencintaimu dengan sederhana ….dan seterusnya; sajak ini sangat populer ditulis di undangan pernikahan).
Begini lengkapnya:
AKU INGIN
Sapardi Djoko DamonoAku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu
kepada api yang menjadikannya abu.Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan
kepada hujan yang menjadikannya tiada.
Hal kedua yang menjadi pendorong untuk membeli buku ini adalah judulnya: “Bilang Begini Maksudnya Begitu“. Bagi orang seperti saya, yang banyak berkutat dalam lingkungan yang bermain dengan kata-kata, judul ini terasa sangat menarik.
Hal ketiga, tampilan muka buku ini juga bagus (yang saya beli adalah versi baru warna putih, bukan biru seperti dalam contoh di atas).

Bukunya tidak terlalu tebal, cuma 130an halaman. Isinya padat. Ada pembahasan tentang bedanya cerita dan puisi, jenis-jenis puisi, diksi dalam berpuisi, ada juga tentang cara penyair mengungkapkan sesuatu secara tersirat dalam bait yang diciptakannya, dan lainnya.
Beberapa contoh puisi yang dikutip di sini juga merupakan puisi yang terkenal. Jika kita punya minat yang lebih jauh terhadap puisi, kita mungkin akan terdorong untuk mencari informasi tentang mereka di Google dan semakin banyak tahu. Ada puisi ciptaan sastrawan Indonesia, ada juga yang disadur dari sastrawan luar negeri.
Penulis bertutur dengan bahasa yang ringan, tetapi enak dibaca. Kalimat yang ada di bagian belakang buku ini contohnya:
Saat membaca puisi, seringkali saya merasa bingung. Puisi ini maksudnya apa? Apa bagusnya sih ini? Dengan belajar dari buku ini, saya merasa mendapat kesempatan untuk lebih mampu mengapresiasi nilai-nilai dari puisi yang tadinya tidak bisa saya lihat.
Kalau katanya pengetahuan itu “membuka cakrawala dunia”, saya merasakannya dari pengetahuan yang diperoleh lewat buku ini. “Dunia” yang saya lihat menjadi sedikit lebih luas. Hal-hal yang tadinya tidak terlihat, sekarang bisa dilihat. Yang tadinya tidak dipahami, sekarang bisa lebih dipahami dan dimengerti.
Kalau tidak pernah mengerti, bagaimana bisa benar-benar suka, apalagi cinta?
Andaikan saya membaca buku ini sewaktu masih SMA, bisa jadi saya akan terdorong untuk memilih jurusan studi Sastra. Entah siapa yang tahu akan jadi apa kalau begitu. Tapi yang jelas, buku ini dapat kita rekomendasikan untuk jadi bacaan bagi orang-orang yang suka Bahasa Indonesia.