Kemarin saya mampir ke Gramedia PVJ. Di jajaran ‘Buku Laris’, ternyata hampir semuanya buku motivasi, buku cara-cepat-kaya, dan buku religi. Oh ya, ada kategori lain yang masuk ke rak ‘Buku Laris’: buku berisi kisah hidup tokoh besar yang sedang naik daun. Ada juga buku-buku yang merupakan kombinasi dari buku motivasi, bikin kamu kaya, dan berisi ayat-ayat suci yang sesuai agama kamu (tinggal pilih aja).
Dikelilingi buku semacam itu, saya jadi merasa agak sumpek. Soalnya buku-buku itu isinya cuma pengulangan yang dimodifikasi, tapi berpretensi bisa memberi jawaban atas permasalahan hidup orang-orang.
Buku itu bisa laku di pasaran karena ada yang beli kan? Kenapa sih masyarakat kita suka membeli buku semacam ini? Atau lebih spesifiknya, kenapa sih jualan nasehat dan motivasi itu laku? Bukan cuma dalam bentuk buku, tetapi juga dalam berbagai media lainnya – termasuk media sosial.
Dan ternyata bukan cuma saya sendiri yang bepikir seperti ini.
Namun saya pikir sudah saatnya kita membicarakan secara jujur dan terbuka bahwa ada yang salah kalau semua orang merasa perlu untuk membaca buku-buku motivasional untuk mencari panduan dan inspirasi dalam hidup, memasang kutipan-kutipan yang di akhiri dengan salam aneh di media sosial dan menyaksikan siaran-siaran televisi yang meneriakkan kata-kata indah tentang bagaimana menjalani hidup dan sukses mengumpulkan uang adalah kunci menuju kebahagiaan.
Taufiq Rahman, Kunci Sukses Dalam Berkarir
…dengan logika paling sederhana sekalipun kita sudah bisa menebak buku tersebut ditulis demi pencitraan “kepingin beken” saja. Beda jika yang menulis memang seorang yang dikenal dulunya bukan siapa-siapa atau memang lahir dari keluarga tak berkecukupan, terus berjuang, lalu kemudian berhasil menuai kerja kerasnya sebagai pengusaha sukses dengan melampaui segala rintangan. Buku tersebut ditulis dengan maksud sebagai “kiat bisnis” ditambah “motivasi nasihat” berbunga-bunga bersama seorang penulis kondang buku jenis begini. Dari segi bisnis industri buku ini kombinasi duet penulis yang luar biasa dan “sangat” berdaya jual tinggi sehingga kawan saya itu memuji-muji dan segera akan membuat resensinya.
Donny Anggoro, Bisnis Nasehat di Hutan Buku
masih juga tulisan sampah yang nulis sama