Small World

Ini bukan postingan tentang gue-ketemu-orang-yang-juga-kenal-dengan-orang-yang-gue-kenal ya 😀 Udah terlalu sering dibahas lah. Lagian sudah terbukti juga tahun 1967 lewat Small World Experiment-nya Stanley Milgram (psikolog Harvard dan Yale) yang kemudian dibikin versi internet-nya oleh Roby Muhamad (dosen F. Psi UI). Jadi kalau masih terkejut juga… ya udah agak telat juga kali ya. Tapi gak apa-apa deh.

Nah, balik ke judul: “dunia kecil”.

Tiap orang yang kita jumpai menjalani kehidupan yang berbeda dengan kita. Tiap orang punya masa lalu yang berbeda. Bahkan, tiap generasi hidup di “masa lalu” dan “masa kini” yang berbeda. Kejadian yang sama bisa dianggap sebagai hal yang berbeda oleh tiap generasi.

Ini sebabnya seringkali orang tidak bisa segera memahami apa maksud kita. Saat kita mengucapkan sesuatu pada orang lain, yang mereka pahami bukan maksud kita, tetapi mereka menerima pesan dari otak mereka yang merupakan hasil interpretasi terhadap pesan kita yang fungsinya adalah menyampaikan maksud kita (ribet ya).

Sedekat apa pun kita dengan orang lain, kita tetap hidup di dalam dunia kecil kita masing-masing. Kita tidak bisa hidup di dalam dunia kecil orang lain. Saat menyadari hal ini, kita bisa merasakan sepi karena merasa terisolasi dalam dunia kita. Tapi rasa sepi ini juga penting, karena dalam dunia kecil ini, kita bisa melakukan perenungan yang sesungguhnya. Perenungan yang berasal dan berujung pada kita sendiri, bukan perenungan yang kita coba lakukan di dunia orang lain. Perlahan-lahan, kita akan lebih mengenal diri kita sendiri, dan juga sedikit memahami orang lain… karena mereka tidak hidup di dalam “dunia kecil” kita.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s