Initials

2012-07-02_01

Selain ngeblog setiap hari di sini dan terkadang menulis di blogspot saya, saya juga menulis secara manual di buku jurnal harian. Berasa anak kecil yang masih perlu distimulasi perkembangan motorik halusnya lewat latihan menulis ya… tapi saya suka kok menulis manual dengan bolpen. “Sensasi”-nya beda dengan mengetik, soalnya mengetik satu halaman tidak akan membuat tangan pegal, hehe. Selain itu, tulisan manual lebih repot kalau mau diedit atau diperbaiki.

Secara tidak disengaja, saya mengelompokkan tempat saya menulis jadi tiga: blog ini untuk tulisan singkat yang berasal dari pikiran yang terlintas hari ini, blogspot untuk tulisan yang lebih panjang, dan jurnal harian untuk hal-hal yang lebih pribadi. Itu sebabnya saya relatif jarang menuliskan apa yang saya kerjakan setiap harinya di blog ini.

Ada beberapa orang yang bilang saya adalah orang yang suka menciptakan jarak. Mungkin itu benar, karena dengan jurnal yang sifatnya pribadi pun saya masih menciptakan jarak tersebut. Sebetulnya saya lebih suka disebut “berhati-hati” dibandingkan “menjaga jarak” sih. Tapi bebas deh.

Saat menuliskan kejadian yang terjadi, saya menuliskan nama orang dengan inisial (si X, Y, dan Z), bukan dengan nama lengkap. Jadinya terpikir kayak novel Harry Potter: mengucapkan nama orang tuh bakal memberikan kekuatan tertentu pada nama tersebut; saya merasa dengan menuliskan inisial saja, ada sebuah jarak yang memisahkan saya antara diri saya dan orang yang inisial namanya saya tuliskan. Dengan demikian, saya bisa menuliskan peristiwa yang terjadi dengan lebih runtut, lebih berdasarkan kenyataan (istilahnya matter-of-fact), dan… lebih aman. Karena bisa saja buku jurnal ini sewaktu-waktu dibaca oleh orang lain.

Jika saya menuliskan nama lengkap orang-orang, saya tidak lagi sedang menuliskan jurnal, tapi sedang menyampaikan cerita. Nama itu menjadi sebuah karakter yang hidup, dan nyawa karakter itu akan ikut membuat cerita ini menjadi sesuatu yang aktif. Perlahan-lahan, saya akan terdorong untuk menyusun sebuah cerita yang koheren, yang masuk akal, yang punya plot, yang ada protagonisnya, yang ada antagonisnya, yang punya masalah, yang punya penyelesaian, yang bisa dicerna lewat logika. Untuk mewujudkan hal itu, bisa-bisa saya secara tidak sadar mendistorsi peristiwa yang saya alami, hanya agar cerita tersebut memiliki nyawa yang utuh.

Kira-kira seperti ini: dengan menuliskan inisial saja, saya seperti sedang mendeskripsikan kondisi laut yang terhampar di depan saya. Jika saya “menghidupkan” cerita tersebut, saya seperti terseret ke bawah lautan, perlahan-lahan tenggelam. Padahal yang saya inginkan dari jurnal harian itu adalah rekoleksi peristiwa-peristiwa yang saya alami an sich, bukan peristiwa yang sudah didistorsi oleh perasaan, nilai-nilai, dan hal-hal lainnya dalam diri saya.

Jadi itulah penjelasan tentang kenapa saya menuliskan inisial saja dalam jurnal harian. Agak janggal, memang. Ngomong-ngomong, tulisan ini dibuat agar nanti saya tidak perlu menjelaskan berkali-kali kepada orang lain (tinggal kasih linknya dan minta baca sendiri).

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s