TEDxJakarta: Deceptive Truth

Poster TEDxJakarta

Setelah tercekam oleh ketegangan dan kecemasan (oke, ini agak lebay) menjelang rencana dicabutnya subsidi BBM (yang pada akhirnya ditunda), sidang paripurna DPR yang total train wreck (ini melahirkan meme ‘pimpinan‘ yang usianya juga tidak terlalu panjang), dan perilaku demo yang sama sekali nggak memberi solusi, cuma menambah ketegangan, dan (entah sadar atau nggak) cuma jadi bidak politisi, saya merasa perlu ‘obat’ yang bisa menormalkan kembali isi pikiran saya dengan optimisme, semangat, dan pikiran positif.

TEDxJakarta ini obat yang tepat. Katanya sih acara TEDx di Indonesia itu sejenis acaranya para hipster gitu. Mungkin ada benarnya juga ya? πŸ˜€ Untuk yang belum tahu tentang TED, silakan buka situs TED, TEDxJakarta, dan TEDxBandung.

Tadinya saya sudah punya rencana untuk batal pergi ke Jakarta kalau sampai harga BBM naik tanggal 1 April, karena takut kondisi kota Jakarta menjadi tidak aman. Kata teman-teman yang di Jakarta sih saya mudah termakan isu, soalnya kondisinya sama sekali tidak separah yang diberitakan di TV. Kayaknya ada benarnya juga omongan mereka. Berhubung kenaikannya ditunda, akhirnya saya pergi ke acara ini bersama beberapa teman dari TEDxBandung (Erlita Mutia, Cenderasari Putri) dan TEDxITB (Alif dan Reina).

Ini pertama kalinya saya pergi ke Jakarta International School. Beda jauh banget ya dengan Bandung International School, karena untuk masuk aja perlu melewati pemeriksaan oleh pihak security. Selain itu, ukuran sekolahnya juga sama sekali tidak bisa disamakan dengan yang ada di Bandung. Ini benar-benar venue kelas atas, kudos for TEDxJakarta yang bisa mendapatkan dukungan dari pihak JIS. Saat itu kami datang cukup pagi, jam 8.30 WIB. Tadinya udah sempat mikir jangan-jangan nanti masih sepi, terus bakal menghabiskan waktu sejam untuk memperhatikan orang angkat-angkat barang. Tapi -surprise, surprise-, ternyata antriannya udah panjang banget! Thankfully, ada volunteer yang tahu bahwa kita rombongan organizer TEDx dari Bandung, jadi boleh nyerobot antrian (yay – perilaku tercela ini jangan ditiru). TAPI… ternyata setelah nyerobot antrian, itu juga masih nggak kebagian tempat duduk di front row. Bayangkan kalau semua orang Indonesia punya kebiasaan datang jauh lebih pagi sebelum waktu yang ditentukan, pasti hebat sekali negara ini.

Waktu menunjukkan pukul 10, pintu dibuka, dan saya masuk ke ruangan besar untuk mencari tempat duduk saya. Lalu ruangan menjadi gelap, pertanda acara akan segera dimulai. Setelah itu, di atas panggung muncul seorang bapak yang memainkan piano dan dua orang pemuda yang memainkan violin (atau viola?) sebagai pembuka acara. Permainannya cukup bagus, tapi yang mengejutkan adalah si pemain piano yang ternyata adalah bapak Gita Wirjawan. Alias Menteri Perdagangan Indonesia. Itu loh, yang kemarin banyak diberitakan gara-gara skor TOEFL PNS Kemendag minimal 600, hehe. Saya nggak tahu bagaimana caranya organizer TEDxJakarta bisa melobi seorang menteri untuk bicara di acara TEDx, tapi ini jelas luar biasa sekali. Oh ya, 2 orang pemuda yang tadi saya sebutkan adalah personil 57kustik (yang juga menadi pengisi acara).

Gita Wirjawan on TEDxJakarta stage. Cool visual illusion, btw.

 Sebagai pembicara pertama, Gita Wirjawan membahas tentang kondisi Indonesia dari segi positif. Indonesia sekarang tergabung dalam The One Trillion Dollar Club, yaitu negara-negara yang pendapatannya melebihi 1 trilyun dollar. Untuk membangkitkan optimisme pengunjung TEDxJakarta, dia membandingkan kondisi Indonesia dengan Malaysia, Singapura, dan juga Thailand. Menurut pak menteri, semuanya jauh lebih kecil dari Indonesia. Selain itu, dia juga menceritakan tentang pentingnya pendidikan dan the endless pursuit of excellence. Sebenarnya ini slogan Toyota, yang kemudian dimodifikasi oleh Lexus menjadi the endless pursuit of perfection. Sepulang dari acara ini, saya langsung buka Youtube dan nonton iklan Lexus. Memang keren sih *salah fokus*.


Ada hal menarik saat pak Gita mengutip commencement speech Steve Jobs di Stanford, karena dia mengucapkan “Be Hungry, Be Foolish”. Serentak di belakang saya terdengar celetukan dan keluhan dari banyak orang, bahkan ada yang berteriak cukup keras “Stay Hungry, Stay Foolish” (dengan penekanan pada kedua kata tersebut). Memang sih pak Gita sedikit keliru, tapi… sampai segitunya reaksi kalian? Fanboy much?

Pembicara berikutnya, dr. Andreas Prasadja adalah dokter yang spesialisasinya ada pada gangguan tidur (sleep disorders). Menarik sekali, terutama bagi mahasiswa yang seringkali begadang πŸ˜› Di mata kuliah psikologi, saya sudah tahu bahwa kurang tidur itu tidak baik, tapi kayaknya memang kita perlu dinasehati langsung oleh dokter supaya betul-betul percaya bahwa itu sebaiknya dihindari.

Connie Bakrie adalah pembicara yang paling banyak mendapat tepuk tangan dari pengunjung: dia berbicara tentang kondisi pertahanan militer di Indonesia… yang kondisinya agak cupu sebenarnya. Sangat menarik melihat kenyataan bahwa Indonesia berada di area strategis, namun tidak dijaga dengan baik sehingga banyak potensi yang hilang dan tidak bisa dikelola. Kita terlalu banyak menekankan pada TNI AD, padahal ini negara lautnya luas sekali. Sewaktu break saya ikut mendengarkan diskusi antara pengunjung lain dengan ibu Connie Bakrie, betul-betul bikin semangat sekaligus bikin miris. Masih banyak yang perlu ditingkatkan di negara Indonesia!

Sesudah break, kami menikmati permainan musik dari 57kustik, yang ternyata semuanya merupakan anak-anak jalanan yang diasuh oleh RMHR (Rumah Musik Harry Roesli). Permainannya keren banget, dan ternyata mereka pernah tampil di Java Jazz… bersama dengan Dave Koz. Whoa.

Lalu, pembicara berikutnya adalah Firliana Purwanti yang bicara tentang orgasme. Orgasme pada wanita, tepatnya. Ini topik yang sangat menarik, saya langsung membeli bukunya di sesi break (dan minta tanda tangan, tentunya). Kata teman di sebelah saya, dia bingung harus berkomentar seperti apa, soalnya kewanitaannya seolah dibahas secara gamblang di depan ratusan pengunjung πŸ˜€ Mungkin di budaya Indonesia memang nggak lazim ya ngomongin tentang orgasme perempuan.

Setelah itu pembicara berikutnya adalah Hera Sudoyo, Ph.D, seorang peneliti yang bekerja di Eijkman Institute. Katanya sih apa yang mereka kerjakan itu sejenis dengan CSI (mengolah DNA pelaku bom bunuh diri sehingga bisa diidentifikasi meskipun sudah tidak utuh lagi). Sebetulnya topiknya sangat keren, tapi sayang cara pembawaannya cukup kaku… Kemudian, pembicara berikutnya adalah F Widayanto, seorang seniman keramik. Ini juga sangat menarik karena seni keramik jarang kita temui di tempat umum. Pembicara ini menceritakan kisah hidupnya yang dipenuhi rintangan, tapi pada akhirnya dia tetap… mencintai gajah πŸ˜€ (tonton deh videonya nanti supaya ngerti apa maksudnya).

Pembicara penutup adalah Noor Huda Ismail. Dari segi topik, ini paling ‘serem’, soalnya membahas tentang terorisme. Topik ini sendiri sangat personal bagi Noor Huda, karena selain menjadi wartawan The Washington Post, dia juga dulunya tinggal di pesantren Ngruki… yang salah satu alumninya menjadi pelaku teror bom Bali. Permasalahan beragama di Indonesia memang perlu dibahas, terlebih ideologi tertentu yang menebar keresahan seolah terus berkembang di negara Indonesia. Saya cukup senang karena pak Noor Huda ikut menceritakan tindakan rehabilitasi apa yang sudah dia lakukan terhadap pelaku terorisme di Indonesia. Karena tertarik dengan topik ini, saya juga langsung membeli bukunya… sampai sekarang saya masih membacanya, dan buku itu menjadi salah satu buku Indonesia paling mengerikan yang pernah saya baca.

Letters on the main stage

Acara TEDxJakarta selalu berhasil memberikan semangat baru buat saya (sebelumnya saya menghadiri TEDxJakarta yang ke-5: SomeTHINK Different). Banyak sekali hal-hal menarik dan positif yang jarang disorot. Yang disorot selalu hal negatif, sehingga kita ikut terseret dalam pikiran negatif. Kalau kata pak Gita, kita jangan kebanyakan nonton Metro dan Lawyer Club πŸ˜€

Sumber gambar:
http://www.tedxjkt.org
http://zakyakbar.wordpress.com
Viking Karwur’s Flickr

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s