Terkait dengan rencana dicabutnya subsidi BBM yang menyebabkan harga Premium, Pertamax, dan Solar naik, sekarang sedang banyak demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa. Kalau yang demonya bukan mahasiswa, saya bisa ngerti karena memang bayarannya cukup menggiurkan (makin depan dan makin dekat dengan polisi, bayarannya makin besar). Tapi kok banyak mahasiswa yang pergi demo?
Saya nggak mau membahas rasionalisasi mereka tentang perjuangan, tentang membela hak rakyat, dan macam-macam omongan lainnya. Udah banyak yang bahas itu. Saya mau bahas aspek lain yang mungkin memberi penjelasan lain tentang kenapa mahasiswa ikut demo BBM ini.
Kalian pasti tahu bahwa sekarang adalah era social media, yang berhasil karena memuaskan kebutuhan dasar manusia: untuk eksis, untuk menunjukkan keberadaan dirinya sendiri. Kurang lebih kebutuhan dasar itu juga yang mendorong mahasiswa untuk turun ke jalan. Bisa saja mereka turun ke jalan karena ingin feel good about themselves dan apa yang mereka lakukan.
Selain itu, ada juga romantisme tertentu jika kita mengambil peran sebagai pejuang yang melawan penjajah yang merampas hak rakyat jelata. Ini glorifikasi pahlawan yang sering kita lihat di berbagi media dan juga di industri hiburan. Masih ingat Che Guevara? Keren ya? Iya, keren karena romantisme dan glorifikasi tersebut. Ada sensasi yang tidak tergambarkan saat kamu menjadi orang yang turun ke jalan, menerjang polisi, dihujani timpukan batu, dan meneriakkan berbagai jargon. Segerombolan pemuda, turun ke jalan, menghadapi pihak otoritas, maju dengan gagah berani sambil berteriak “Demi rakyat! Demi negara!”. Romantis sekali bukan?
Yang sama konyolnya adalah mahasiswa yang memuja-muja politisi yang memihak mereka, seolah-olah mereka memang pahlawan yang mendengar teriakan dan rintihan kaum yang tertindas, lalu berani menghadapi wajah keji sang penguasa dan mengatakan “TIDAK!”. Di saat kalian berpikir bahwa kalian sudah menjadi pemain dalam dunia politik Indonesia, kalian sebenarnya sedang menjadi bidak politisi, dipermainkan dalam dunia politik Indonesia. You’re not a player, but a piece.
Jangan terlalu cepat menganggap orang lain sebagai pahlawan. Juga jangan terlalu cepat menganggap diri kalia nsebagai pahlawan. Lihat dampak dari apa yang kalian lakukan. Apakah kalian pahlawan sejati, atau cuma seorang pseudo-hero?
P.S.: Kalau tidak setuju dengan postingan ini, ya tidak apa-apa 😀
Bacaan menarik:
Peter. Kesalahan perhitungan Kwik Kian Gie http://codepeter.wordpress.com/2012/03/28/bbm/
Priyadi. Pertanyaan-Pertanyaan yang Harusnya Diajukan Kepada Yang Tidak Setuju Revisi Harga BBM http://priyadi.net/archives/2012/03/30/pertanyaan-pertanyaan-yang-harusnya-di…