Noise

Di dunia social media, arus informasi pasti terlalu deras jika tidak dikendalikan. Ada jenis orang tertentu yang memang suka berada dalam lingkungan yang penuh dengan arus informasi yang deras, penuh dengan stimulus baru setiap saat. Bagi mereka, informasi baru memberikan lebih banyak energi bagi diri mereka. Tapi di dunia ini juga ada orang yang lebih nyaman berada dalam lingkungan yang stimulusnya tidak terlalu ramai.

Di Twitter, orang berlomba-lomba untuk meningkatkan angka followers sebanyak-banyaknya, tapi tidak semuanya memikirkan apa tujuannya punya banyak followers. Mereka juga sangat aktif tweeting, sehari bisa puluhan kali tweets dihasilkan. Semakin banyak tweet yang dihasilkan, maka semakin besar peluang mereka untuk semakin mendapatkan exposure. Meskipun banyak yang tweetnya menarik, tapi banyak juga yang tweetnya hanya berupa sapaan yang sifatnya hampa. Informatif, mungkin. Tapi tidak berlaku general.

Bagi orang-orang tertentu, tweet yang jumlahnya terlalu banyak adalah noise. Hanya terasa seperti gangguan, sama halnya seperti tidak semua orang akan menikmati iklan TV saat sedang menonton. Beberapa aplikasi mobile twitter menyadari ini, itu sebabnya mereka menciptakan tombol mute.

Sekarang era social media, semua serba sosial. Sama seperti manusia yang cara bersosialisasinya berbeda-beda, setiap akun twitter pun punya cara yang berbeda dalam bersosialisasi. Ada yang cerewet tapi hampa (RT abuser pula), ada yang mau menghampiri orang baru yang tidak dia kenal sebelumnya, ada yang hanya berbicara dengan teman se-geng-nya, ada yang tidak sering bicara tapi informatif, ada yang bicara tapi hanya bisa dipahami oleh dirinya sendiri, ada yang memang tidak bersuara dan menjaga jarak dari orang tidak dikenal.

Setiap akun twitter punya caranya masing-masing dalam menjadi sosial. Apakah tepat jika ada yang mengatakan “gini nih cara pakai akun twitter yang bener!” ?

Iklan