Abundance

Jeff Jarvis, dalam buku “What Would Google Do?” mengatakan bahwa sekarang ini jumlah informasi yang ada sangatlah banyak sekali. Sekarang bukan era scarcity lagi, tapi abundance. Dulu informasi sifatnya scarce (jarang ada), sehingga kita perlu aktif mencari informasi terus-menerus. Sekarang, informasi sifatnya abundant (buanyak), sehingga kita perlu punya kemampuan abundance management. Kemampuan mengatur segala sesuatu yang sifatnya berlebihan.

Berapa banyak orang yang kamu follow di twitter? Jika lebih dari 500 orang, apakah kalian sanggup terus-menerus membaca semua tweet yang muncul di timeline kalian? Pada awalnya mungkin sanggup, tapi lama kelamaan bisa timbul rasa muak terhadap derasnya informasi yang masuk ke layar handphone/laptop/PC kalian. Banyak sekali informasi repost yang muncul berulang kali. Banyak sekali informasi ngaco yang perlu kita cross-check kembali. Jika kalian berpendapat bahwa semua orang opininya setara dan sama-sama layak didengar, mungkin kalian akan berubah pikiran setelah follow 1000 orang di twitter.

Banyak pengguna BB yang muak dengan BBM yang dipenuhi oleh informasi tidak berguna atau informasi yang ngaco. Banyak spam. Banyak hoax. Banyak repost. Banyak juga hoax yang direpost.

Sebagai manusia yang terikat oleh resource yang terbatas (baca: waktu), tentu sangat tidak praktis jika kita terus menghabiskan waktu dalam lautan informasi yang tidak semuanya berguna. Itu sebabnya kita harus pandai memilih sumber informasi mana yang ingin kita gunakan. Bagaimana caranya? Mungkin tiap orang punya caranya masing-masing. Ada yang berhenti menggunakan twitter sama sekali. Ada juga yang hanya follow akun tertentu saja yang dianggap bermutu. Ada yang hanya membaca tweet di list tertentu saja. Ada yang lebih suka kembali membaca blog dengan menggunakan RSS Reader. Ada yang ganti HP dari BBM menjadi HP berbasis Android atau iOS. Metode tertentu mungkin lebih efektif dibandingkan metode lainnya. Jadi silakan pilih yang paling sesuai untuk diri kalian.

Iklan