Hype

Sebagai orang suka baca buku, saya sangat menyadari bahwa waktu yang tersedia untuk membaca buku tidaklah banyak. Karena keterbatasan waktu yang kita miliki, maka kita perlu selektif dalam memilih buku apa yang akan kita baca. Selain masalah waktu, harga buku yang cukup mahal juga ikut menjadi kendala. Tidak sedikit buku impor yang harganya lebih dari 200 ribu rupiah meskipun tidak terlalu tebal. Biasanya, saya menggunakan situs goodreads.com dalam menentukan apakah saya akan meminjam atau membeli buku yang saya temui. Oh ya, di handphone Android juga ada aplikasi Goodreads yang cukup membantu dalam melihat beberapa review dari anggota komunitas situs tersebut.

Seringkali banyak buku yang “heboh” di pasaran, tapi ternyata isinya tidak memenuhi ekspektasi saya. Biasanya buku tentang motivasi merupakan buku yang hampir pasti isinya nggak memenuhi ekspektasi, begitu pula dengan hampir semua buku self-development yang ada di rak buku. Apalagi buku karya penulis Indonesia yang seringkali hanya merangkum isi buku yang sudah ada tanpa banyak menuliskan gagasan yang baru.

Kemarin ini saya membaca artikel di koran tentang seorang penulis Indonesia yang “berhasil” di luar negeri, tapi ditolak oleh penerbit dalam negeri. Ini konyol sekali karena itu menandakan bahwa… jurnalis yang menulis artikel itu tidak melakukan cross-check sama sekali. Jadi sebenarnya si penulis itu menggunakan situs self-publishing agar bukunya bisa dicetak, tanpa ada hubungannya sama sekali dengan kualitas tulisannya.

Kita juga perlu lebih selektif dalam membaca review dari orang lain, karena tidak semua orang punya pemahaman atau selera yang sama dengan kita. Itu sebabnya menurut saya situs Goodreads sangat berguna karena memiliki banyak user dan komposisinya cukup beragam. Memang ada beberapa reviewer polos yang memberikan 5 bintang ke buku motivasi (yang sebenarnya ga ada isinya), tapi tidak sedikit juga reviewer yang memberikan 1 bintang dan memberikan alasan yang bagus mengapa dia memberikan skor rendah.

Iklan