Setelah Air Mata Kering by I. Wibowo
My rating: 3 of 5 stars
Buku ini merupakan kumpulan tulisan mengenai kondisi kelompok masyarakat Tionghoa di Indonesia setelah reformasi yang terjadi pada tahun 1988. Beberapa artikel terlihat cukup menarik, meskipun ada juga artikel yang topik pembahasannya terlalu spesifik dan malah panjang lebar, misalnya artikel yang membahas tentang agama Buddha di Indonesia yang dalam perkembangannya menjadi berbeda dengan agama Buddha di negara lain (pembahasannya dimulai dari kerajaan Sriwijaya hingga buku ini diterbitkan, lengkap sekali!).
Topik pembahasan lainnya, seperti perkembangan media (koran) dan menjamurnya kursus Bahasa Mandarin juga merupakan topik yang unik, meskipun sebetulnya kurang menggambarkan kondisi masyarakat Tionghoa. Sebagai buku terbaru yang membahas kondisi etnis Tionghoa di Indonesia, buku ini bisa dijadikan bacaan yang menarik. Topik (wajib) tentang lenyapnya Tionghoa totok dan lahirnya generasi Tionghoa peranakan juga dibahas dengan cukup lengkap di buku ini.
Pembahasan tentang rendahnya antusiasme Tionghoa generasi muda terhadap organisasi Tionghoa ini cukup menarik, karena ternyata generasi muda ini baru tertarik untuk bergabung dengan organisasi Tionghoa setelah ada gerakan wirausahawan Tionghoa muda (sejenis Young Entrepreneurs Council). Generasi yang berbeda rupanya bergerak dengan insentif dan tujuan yang berbeda. Seperti buku tentang pembahasan etnis Tionghoa yang lainnya, salah satu kontributor artikel dalam buku ini adalah Leo Suryadinata, yang banyak dikenal sebagai penulis berbagai buku yang membahas peran dan kondisi etnis Tionghoa di Indonesia sejak awal Orde Baru berdiri.
View all my reviews