Postingan ini terinspirasi dari postingan Seth Godin (“Watch This!”). Kalau kalian belum subscribe ke blognya Seth Godin, coba deh baca-baca blognya. Seth Godin ini sejenis marketing guru, jadi buku-bukunya bisa dibilang bacaan wajib bagi kalian yang mendalami dunia marketing. Dia sangat aktif menulis dan punya pemikiran-pemikiran (meskipun postingannya pendek2).
Di berbagai tempat, termasuk di Indonesia, banyak cara yang dilakukan orang-orang untuk mencari perhatian. Salah satu cara paling mudah untuk menarik atensi publik adalah dengan cara melakukan suatu hal yang ekstrim, yang seolah meneriakkan “HEI, LIHAT KAMI DONG!”. Dalam postingan Seth Godin, contohnya adalah (misalnya) kamu lari ke tengah jalan biar ditabrak bus sehingga banyak orang yang melihat aksi kamu.
Contoh terbaru yang sedang hangat dibahas adalah Sondang, yang membakar dirinya di depan Istana Presiden (Ketua Komite Advokasi Rakyat Presidium Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia mengatakan bahwa aksi yang dilakukan oleh Sondang merupakan aksi ‘heroik’… well, that’s just plain stupid statement. Artikel dari The Jakarta Globe ini jauh lebih bermutu dan lebih berimbang). Permasalahannya, dia tidak meninggalkan surat wasiat atau manifesto apapun, sehingga peristiwa membakar diri itu dapat diinterpretasikan secara bebas oleh publik. Mengingat riwayat Sondang sebagai seorang aktivis, banyak yang menginterpretasikan aksi bakar dirinya sebagai wujud keprihatinan(tm) terhadap pemerintah. Sebagai orang psikologi, saya sendiri merasa bahwa mungkin saja dia sedang depresi, stres, atau frustasi oleh hal lain. Hal-hal yang sifatnya personal tentu bisa lebih mengganggu kondisi psikis seseorang dibandingkan mikirin negara.
Aksi Sondang ini mungkin memang memicu perhatian banyak orang. Tapi ini perhatian yang sama dengan yang diberikan oleh orang-orang yang memperhatikan orang yang lari ke tengah jalan biar ditabrak bus. Sebuah tindakan yang melukai diri sendiri.
Setiap orang tentu boleh setuju atau tidak setuju dengan cara Sondang mengekspresikan diri, tapi akan timbul masalah saat sekelompok orang berusaha untuk memaksa orang-orang supaya memiliki pendapat yang sama dengan interpretasi pribadinya terhadap aksi bakar diri yang dilakukan oleh Sondang.
Hari ini ada demo di ITB karena mahasiswa ITB gak ikut turun ke jalan untuk aksi solidaritas terhadap aksi bakar diri Sondang. Jadi… mungkin ini demonstran hipster yang mikir ngedemo pemerintah udah terlalu mainstream, jadinya ngedemo mahasiswa yang ga ikut demo itu keren. Di deket ITB kan ada RS St. Borromeus. Apakah mereka yang demo ini gak memikirkan pasien yang sedang memulihkan diri di Rumah Sakit tersebut? Yang jelas, mahasiswa yang mendemo mahasiswa ITB itu merupakan tingkat lanjut dari tindakan cari perhatian: dengan cara mengganggu orang lain.
Saya nggak tahu detailnya, tapi katanya KM ITB dikasih celana dalam dan pembalut perempuan. Nggak ngerti juga apa maksudnya, mungkin mereka berpikir bahwa itu adalah simbol dari sifat pengecut? Padahal nggak ada korelasi antara keberanian dengan jenis kelamin kan ya.
Apa pun tindakan yang kalian lakukan untuk memperoleh atensi orang-orang di sekitar kalian, jangan pernah lupa dampak dari tindakan kalian tersebut. Dengan lari ke tengah jalan dan ditabrak bus, mungkin kamu berhasil mendapatkan perhatian dari orang-orang, tapi realitanya tetap saja kamu ditabrak bus.