Film ini dibuka dengan adegan rekaman CCTV perampokan sebuah bank di Amerika. Tentu saja, ini dimaksudkan sebagai ironi karena dalam film dokumenter ini, yang terjadi adalah orang-orang bank yang jadi perampok. Ada sebuah pepatah kuno yang mengatakan “Give a man a fish, and you feed him for a day. Teach a man to fish and you feed him for a lifetime.” Untuk topik yang diangkat di film ini, mungkin pepatah yang tepat adalah “Give a man a gun, and he will rob a bank. Give a man a bank, and he will rob the world”. 🙂
Capitalism: A Love Story (2009) merupakan film dokumenter terbaru karya Michael Moore. Sutradara ini menjadi terkenal setelah merilis film dokumenter berjudul Fahrenheit 9/11, yang membahas tentang tragedi 11 September di Amerika. Di film dokumenternya yang terbaru ini, Michael Moore membahas fenomena kandasnya ekonomi di Amerika, yang puncaknya terjadi pada tahun 2008 lalu.
Mungkin media di Indonesia tidak terlalu banyak membahas tentang ini (mungkin karena berita negatif dari dalam negeri jauh lebih menjual dan juga lebih murah?), kondisi ekonomi di Amerika masih berada dalam kondisi yang kurang kondusif. Banyak sekali warga Amerika yang kehilangan pekerjaan dan kehilangan rumah karena krisis. Tapi anehnya, masih ada saja orang-orang dari Indonesia yang ingin pergi ke Amerika untuk mendapatkan pekerjaan 😀
Dalam dokumenter ini, Michael Moore dengan sangat terbuka sekali menetapkan siapa saja tokoh antagonis yang membuat sistem kapitalisme di Amerika menjadi sangat merugikan bagi penduduk Amerika. Mulai dari Ronald Reagan, George Bush, Alan Greenspan, dan Hank Paulson. Dia juga menyebutkan korporasi kapitalis besar yang turut berperan dalam meningkatkan penderitaan yang dialami oleh rakyat Amerika saat ini. Citibank, Nestle, Hershey’s, Lehman Brothers (yang kemudian bangkrut), Goldman Sachs, dan masih banyak lagi. Tapi musuh utama dalam film dokumenter ini adalah ideologi yang mendasari semua tindakan individu dan perusahaan tersebut: Kapitalisme.
Banyak kasus-kasus yang diangkat oleh Michael Moore, misalnya kasus lapas remaja yang dimiliki swasta, sehingga hakim di sana banyak memberikan vonis bersalah dan memasukkan mereka ke dalam lapas tersebut. Tujuannya adalah agar pemilik lapas tersebut memperoleh lebih banyak penghasilan. Tentu saja hakim tersebut mendapatkan komisi yang tidak kecil. Contoh “penipuan” yang memanfaatkan asuransi juga tidak sedikit. Kasus kredit rumah pun diangkat oleh Michael Moore, karena ini merupakan salah satu penyebab krisis di Amerika.
Sebagai seorang Katolik, Michael Moore juga mencoba mengangkat argumen bahwa Kapitalisme merupakan konsep yang salah dalam pandangan agama. Beberapa pastor dan uskup diminta pendapatnya, dan mereka memiliki pendapat yang sama: kapitalisme itu salah dan bertentangan dengan ajaran kasih (compassion). Ada adegan satir di mana adegan Yesus mengatakan bahwa Kerajaan Surga sudah dekat, dan saat dia menjelaskan bagaimana caranya masuk ke Kerajaan Surga, suaranya didubbing oleh Michael Moore: “lakukanlah deregulasi finansial” 😀
Salah satu profesor yang diwawancari oleh Michael Moore mengatakan bahwa penyebab maraknya Kapitalisme adalah kita telah menjadikan kekayaan sebagai suatu agama yang kita sembah. Setiap hari, media selalu menunjukkan kesuksesan sebagai sesuatu yang perlu dimiliki oleh setiap orang, dan kesuksesan itu seolah identik dengan keadaan finansial seseorang. Hal lain yang membuat krisis ini bisa terjadi adalah karena rakyat tidak langsung bertindak ketika ada kapitalis yang berlaku seenaknya. Ini disebabkan karena… rakyat tersebut berpikir bahwa suatu saat, mereka juga akan bisa menjadi seperti para kapitalis tersebut. Tentu saja hal ini salah, dan saat mereka sadar bahwa itu tidak akan pernah terjadi, barulah mereka mulai melawan. (Apakah di Indonesia juga sedang terjadi hal yang sama di mana orang-orang memuja “kesuksesan”?)
Meskipun setting film dokumenter ini berlokasi di Amerika, saya rasa film ini tetap perlu untuk ditonton oleh orang Indonesia, karena ada kemiripan. Salah satu penyebab korupnya kapitalisme di Amerika adalah karena pemerintah dikuasai oleh orang-orang korporat yang serakah (hampir seluruh Treasury Department di era Bush adalah orang-orang Goldman Sachs). Di Indonesia, hal yang sama dapat terjadi, karena kita memiliki sistem yang sama: demokrasi. Di Indonesia pun terdapat orang-orang korporat yang rajin menggunakan dukungan partai politik serta alat media yang dimilikinya untuk memberikan pengaruh baik kepada pemerintah maupun rakyat agar mereka dapat semakin memperkaya diri mereka sendiri. Dengan menonton film ini, mungkin kesadaran orang-orang akan bahaya kapitalisme akan meningkat.
blog walking gan..
nice blog
salam
muslimshares
http://muslimshares.wordpress.com