Gerakan Occupy ini bermula di NYC (New York City), yang dipelopori oleh kelompok AdBusters. Mereka memprotes ketidaksetaraan kondisi sosial dan ekonomi, keserakahan korporat, dan terlalu kuatnya kuasa korporat terhadap pemerintah. Itu kata Wikipedia 😀 Dari protes ini, muncul slogan: “We are the 99%”.
Slogan ini merujuk pada ketidaksetaraan pendapatan di Amerika Serikat; 1% penduduk yang berada di kelas ekonomi atas mengontrol jauh lebih banyak kekayaan dibandingkan 99% sisanya. Sejak dulu, ketidaksetaraan itu memang sudah ada. Paretto Principle, misalnya, merupakan prinsip 20/80 yang bisa diterapkan dalam berbagai hal. Dalam hal ekonomi, ini artinya 80% kekayaan dimiliki oleh 20% populasi, sedangkan 80% populasi harus memperebutkan 20% kekayaan yang tersisa.
Nah, gerakan Occupy ini dimulai dari 17 September 2011 yang lalu. Mulai dari 9 Oktober, demo “Occupy” mulai bermunculan di banyak kota-kota besar dan di berbagai komunitas di Amerika Serikat. Di saat yang bersamaan, demo “Occupy” ini pun berlangsung di lebih dari 900 kota di seluruh dunia! Ini fenomena menarik karena ini menunjukkan bahwa ketidaksetaraan itu memang terjadi di seluruh dunia, di belahan dunia manapun.
Bagaimana dengan Indonesia?
Tentu saja kita nggak ketinggalan untuk ikut-ikutan 😀 Meskipun sebenarnya model demonstrasi seperti Occupy ini kayaknya nggak cocok untuk ditiru di Indonesia, tetap saja ada yang niat melakukan hal tersebut.
Tapi ya agak aneh saja, saya lihat foto-fotonya di internet kok ada yang pakai topeng Anon? (itu topeng Guy Fawkes yang jadi simbol Anon di 4chan) Di Twitter pun kebanyakan pada pakai akun anonim yang baru diciptakan beberapa hari. Tanpa kejelasan siapa yang melakukan gerakan ini dan apa tujuan yang ingin dicapai, ditambah lagi ada yang pakai topeng Anonymous segala, saya malah menangkap kesan bahwa ini bukan gerakan yang serius. Kayak iseng-iseng berhadiah gitu. Kredibilitasnya pun ya agak hilang.
Untuk yang mau lihat-lihat foto #OccupyJKT di hari pertama, EngageMedia membuat sedikit liputan mengenai kegiatan tersebut. Silakan lihat di sini.
Sama seperti gerakan Occupy Wall Street di NYC, nampaknya memang dibutuhkan waktu beberapa lama sebelum kelompok Occupy memiliki arah yang jelas. Ini konsep dasar pembentukan kelompok. Untuk yang mempelajari Psikologi Sosial dari perspektif kelompok, saya sedang merujuk pada konsep perkembangan kelompok menurut Bruce Tuckman. Itu loh, yang fasenya Forming-Norming-Storming-Performing-Adjourning 😀
Sekarang pun sudah ada beberapa tokoh ‘betulan’ yang mulai naik ke atas panggung, jadi demonya rada jelas dikit. Tapi kenapa demonya di Bursa Efek sih? Kalau mau mendemo yang 1%, kan mendingan demo Wakil Rakyat di gedung DPR ya?
Untuk yang tertarik, silakan buka Page Occupy Jakarta di Facebook atau follow @OccupyJKT. Ada Tumblr-nya juga loh: Suara 99%. Siapa tahu ada yang mendapatkan manfaat dari informasi ini.
(Sumber gambar: Wikipedia Entry ‘We are the 99%’ dan juga Facebook Page ‘Occupy Jakarta’)