Selain mulai memberikan bimbingan, kegiatan yang saya lakukan di bulan Maret adalah bergabung dengan TEDxBandung. Sebelumnya saya pernah menghadiri acara TEDxBandung yang pertama di Gedung CC ITB tahun lalu, berkat bantuan seorang teman saya yang kebetulan berhalangan hadir. Sejak awal saya memang tertarik dengan TED, dan makin excited setelah mengetahui bahwa ada TEDxBandung. Tentu saja saya langsung mendaftarkan diri saat mereka membuka lowongan untuk bergabung ke dalam timnya.
Kurator TEDxBandung adalah Radix, kami pertama kali bertemu di Gedung Indonesia Menggugat, bertepatan pada hari ulang tahun Pritta, salah seorang anggota tim yang menjabat sebagai Producer (seksi Acara). Kesan awal yang saya peroleh dari TEDxBandung adalah optimis, energik, dan punya ambisi yang besar. Tentu saja saya sangat senang bisa bergabung dengan tim ini.
Fast forward ke bulan Maret, kami pun mengadakan event TEDxBandung Live. Apa ini? Pada dasarnya, ini adalah acara nonton bareng konferensi TED yang diadakan di Long Beach, California. Saya sangat setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa nuansa TED yang sebenarnya baru akan diperoleh saat kita menonton TEDTalks secara berkelompok dan mengadakan diskusi, bukan saat kita menonton sendirian di rumah. Yang penting itu diskusinya, apalagi kita budaya komunal. Perubahan (baik atau buruk) di Indonesia terjadi saat orang berkumpul dalam kelompok, betul kan?
Acara bulan Maret ini dilaksanakan di Auditorium SBM ITB. Ruangan ini mewah sekali. Tidak heran biaya kuliahnya mahal. Ruangannya ada 10 AC! Bayangkan dinginnya! (Ada beberapa pengunjung yang mengeluh kedinginan… saya sangat setuju!) Tempat ini dipilih karena koneksi internet di ITB dianggap cukup reliabel untuk streaming video TED dari situs resminya. Kami sudah melakukan survei ke beberapa tempat di Bandung, namun pilihan akhir jatuh ke ITB karena kami tidak ingin mengambil resiko ada delay atau hal-hal lain yang dapat mengganggu progress acara.
Konferensi TED sendiri sebenarnya sangat panjang, sehingga kami memilih hanya satu sesi saja. Sebelumnya saya pernah membuat postingan yang berkaitan dengan ini, yaitu postingan saya tentang Salman Khan.
Ternyata tempat dengan internet tercepat di kota Bandung pun tidak 100% reliabel, karena kami sempat mengalami kendala saat salah satu pembicara menyampaikan materinya (terjadi request time out saat kami ping ke situs TED). Untungnya Radix berpikir cepat dan mengganti sesi tersebut dengan memanggil pembicara dadakan, yang membicarakan tentang sesuatu yang tidak kalah menarik, yaitu proyek untuk menyebarkan komputer di Indonesia bagi orang-orang yang belum mendapatkan dan membutuhkannya. Proyek mereka adalah COMP4ID atau Computers For Indonesia. Singkatnya, kegiatan mereka adalah mengumpulkan komputer bekas dari orang-orang yang menyumbangkan komputernya, lalu mereka oprek dan dijadikan sebagai komputer rakitan baru yang akan diberikan kepada sekolah-sekolah yang membutuhkan lab komputer.
Sesudah pembicara tersebut selesai menyampaikan kegiatannya, (untungnya) koneksi dapat kembali terhubung dan kami melanjutkan dengan menonton konferensi TED lagi. Yang menarik adalah kegiatan sesudah acara TEDxBandung Live. Ternyata ada acara after-party (yang sebenarnya adalah… pesta ulang tahun salah satu anggota tim TEDxBandung, yaitu Samia).
Kami diundang (oleh… Radix? Nggak tahu kenapa jadinya malah dia yang mengundang…) untuk pergi ke tempat tersebut. Karena tersedia 4 buah mobil, maka diputuskan untuk menggunakan 2 buah mobil saja, karena itu hari Sabtu dan pasti macet. Akhirnya, saya numpang ke mobil Dara, bersama 4 cowok lainnya di sebuah mobil sedan berukuran kecil. Pokoknya untung bukan saya yang kebagian tugas nyetir deh.
Setelah mobil kami antri panjaaaaang sekali, akhirnya kami sampai di tempat bla-bla-bla-Pasta (Fashion Pasta? Saya sudah lupa). Kami pun segera duduk dalam rombongan dan ikut makan (gratisan), tapi tidak pernah lupa untuk mengeluh karena… makanannya disajikan satu per satu sehingga nggak kerasa kenyang. Padahal makanannya cukup banyak tuh. Sebenernya saya ngerasa nggak enak hati juga sama Samia karena udah jadi party crasher tanpa bawa kado ulang tahun. Pake makan banyak segala pula.
Setelah acara makan-makan selesai, akhirnya kami pun memutuskan untuk pulang… dan terjadi sesuatu yang menarik. Kami pamit pada Samia dan teman-temannya, lalu bergerak menuju tempat parkir kami… hanya untuk menemukan bahwa …mobil Radix nggak bisa dibuka karena batere remotenya habis. Oke lah, kami pun berpikir (cukup lama juga karena kami masih nyantai-nyantai saat itu) untuk turun ke bawah dengan menggunakan mobil Dara, lalu kembali sambil membawa salah satu mobil yang ada di sana (mobil saya atau Yuandra).
Ternyata, mobil Dara juga nggak bisa dibuka pintunya. JEDERRRRR. Shock abis lah kita.
Jadi remote mobil Dara yang digunakan untuk buka pintu itu terpisah dengan kunci yang digunakan untuk starter mobil, dan remote yang untuk buka pintunya… hilang. Ternyata remote itu terlepas dari tempatnya, lalu ditemukan oleh pegawai bla-bla-bla-Pasta (Italy Pasta?) itu, lalu diberikan kepada yang punya acara, kemudian dibawa pulang ke rumahnya karena dia pikir itu kunci mobil teman kuliahnya -_-; Ribet juga yah.
10 orang lebih terjebak nggak bisa pulang di daerah Pakar, tanpa kendaraan. Ini kocak karena kita yang tadinya pamit pulang paling pertama malah harus melihat satu per satu tamu pulang mendahului kita. Bahkan tidak lama kemudian, yang punya acara juga ikutan pamit -_-;
Lebih parah lagi, kita masih di sana sampai tempat bla-bla-bla-Pasta (Rumah Pasta?) itu tutup! Kami nongkrong saja duduk di sana, pasrah karena nggak tahu harus berbuat apa. Saya makin cemas saat lampunya mulai dimatikan, dan gerbang mulai ditutup. Saya bingung berpikir, harus nongkrong di mana ini? Untung pak satpam baik hati dan bilang tenang saja karena ada yang jaga di rumah tersebut.
Nah, kami pun mulai mencari solusi bagaimana caranya untuk pulang. Pertama-tama, mobil Dara harus bisa dibuka dulu. Jadi salah satu dari kami meminjam motor pegawai bla-bla-bla-Pasta (Spaghetti Pasta?) dan pergi ke teman kami yang berulang tahun tersebut untuk mengambil remote mobil.
Lalu, Dara turun ke ITB bersama Yuandra dan saya untuk mengambil mobil. Tujuannya agar saya dan Yuandra bisa kembali ke sana dan mengantarkan mereka yang masih terjebak di sana untuk pulang ke rumah. Ini parah banget.
Saat saya sedang dalam perjalanan kembali ke daerah Pakar, saya dan Yuandra melihat ada 2 motor bertabrakan, persis di depan mobil Yuandra! (untung banget nggak kena, tapi kalo sampe kena ini bakal tercatat sebagai hari paling aneh di 2011). Ini seperti lagi di dalam kisah petualangan aja!
Akhirnya kami sampai di Pakar, lalu saya mengantarkan beberapa orang kembali ke daerah ITB karena motor mereka diparkir di dalam kampus. Saat saya sampai di rumah dalam keadaan tidak mengantuk (habisnya ini memang hari yang aneh), jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi.
Di kelompok kami ada seorang mahasiswa Fisika yang harus mengumpulkan paper secara online, besok pagi. Dan dia belom bikin sama sekali. Dan belom tidur. Kasian juga, haha….
Saat itu, Radix sedang pergi bersama Dara ke rumahnya Radix untuk mengambil kunci mobil cadangan, lalu dari sana dia akan kembali ke Pakar untuk membawa pulang mobilnya (iya lah, nggak mungkin mobilnya ditinggal di sana). Kabarnya dia baru sampe rumah lagi jam setengah 4 pagi.
What a day!