Mati, Bertahun yang Lalu by Soe Tjen Marching
My rating: 2 of 5 stars
Sampai saya selesai membaca buku ini, saya masih tetep nggak ngerti kenapa cover buku ini adalah gambar kue. Mungkin maksudnya supaya kata “MATI” terlihat kontras dengan kue yang manis dan warna pink? Mudah-mudahan memang ada suatu maksud tertentu dalam pemilihan cover ini (dan saya yang nggak ngerti). Jangan-jangan cuma karena ada adegan ulang tahunnya aja.
Buku ini cenderung tipis untuk sebuah novel, sehingga bisa diselesaikan hanya dalam waktu 1 hari saja kalau emang niat. Meskipun bukunya tipis, tapi jalan ceritanya tidak sederhana. Tokoh utama buku ini adalah seorang wanita yang sudah mati, tapi masih tetap berada di dunia ini. Gaya penulisan yang digunakan oleh Soe Tjen lebih banyak merupakan satir terhadap pandangan orang-orang mengenai kehidupan dan kematian.
Plotnya mengalur dengan cepat, bahkan di bagian akhir menjadi sangat cepat. Perbedaannya sangat terasa. Setting ceritanya nggak spesifik, tapi yang jelas cerita ini berlangsung pada masa Orde Baru, karena salah satu adegannya adalah pemberantasan orang kiri di Indonesia dan juga diskriminasi terhadap etnis Tionghoa. Banyak adegan yang sebenarnya konteksnya nggak lucu tapi membuat saya tersenyum. Jarang ada penulis seperti Soe Tjen ini.
Overall, buku ini cukup menghibur untuk dibaca dan bikin saya agak mikir. Sayangnya dalam buku seperti ini, terbitan Gramedia Pustaka pula, masih saja ada kesalahan pengetikan. Pakai editor nggak sih? Kalau saya dimintai pendapat apakah buku ini layak dibeli… hmm… menurut saya sih mending minjem saja dari teman deh.
Agoes Santosa's Journal 
hahaha entah kenapa, baca review ini bikin senyum” sendiri
emang bener adanya.. aku juga nggak ngerti kenapa cover-nya kue?
endingnya gaje juga
-_- kalo aku ya, 1 of 5 stars