Atheis, Achdiat K. Mihardja

AtheisAtheis by Achdiat K. Mihardja

My rating: 5 of 5 stars

Hasan, tokoh utama buku ini, dikisahkan sebagai seorang pria muslim yang alim dan taat beribadah. Isi pikirannya sederhana dan polos. Namun, dia perlahan-lahan berubah setelah dia bertemu dengan teman masa kanak-kanaknya, Rusli. Rusli adalah seorang atheis, dan melalui banyak diskusi serta obrolan, iman Hasan mulai tergoyahkan. Selain memiliki pengetahuan yang luas, Rusli juga sangat sopan dalam berbicara sehingga Hasan tidak merasa tersinggung saat Rusli membahas mengenai pandangannya terhadap agama.

Iman Hasan semakin hilang setelah berkenalan dengan Kartini, seorang wanita yang dijual oleh ibunya kepada seorang Arab sebagai istri keempat (tentu saja Kartini melarikan diri karena dia berpikiran terbuka dan modern). Baik Kartini maupun Rusli sering berkumpul bersama teman-temannya yang sepemahaman, sehingga Hasan pun makin sering terlibat dalam berbagai diskusi yang seru mengenai politik, agama, maupun hal-hal lainnya.

Akan tetapi, kehadiran Anwar (seorang nihilis yang merasa bahwa semuanya itu sia-sia saja sehingga selalu berbuat anarkis) mulai menghancurkan kehidupan Anwar. Meskipun dari awal Hasan sudah tidak suka dengan Anwar, dia tetap tidak memusuhinya karena Anwar juga berteman dengan Rusli dan Kartini. Kebencian Hasan terhadap Anwar memuncak setelah Hasan dibakar oleh api cemburu dan berpikir bahwa Kartini berselingkuh dengan Anwar.

Yang menarik dari novel ini adalah bahwa novel ini sebenarnya merupakan suatu kisah balik (flashback) dan semua cerita di atas itu diceritakan kembali oleh narator yang sedang membaca kisah Hasan yang sudah ditulis dalam bentuk naskah. Selain itu, topik yang dibahas juga sangat menarik, yaitu tentang agama. Novel ini diterbitkan tahun 1949, sehingga pada saat itu (Orde Lama) masih terdapat partai komunis di negara ini. Selain itu, orang-orang yang tidak beragama juga ada cukup banyak dan dapat bergaul dengan orang lain yang beragama sekali pun. Ini merupakan hal yang mencengangkan karena pada saat ini, di tahun 2011, Indonesia bukannya makin maju dalam keberagaman, tetapi malah sering terjadi kekerasan yang dilatarbelakangi masalah agama. Apalagi hal tersebut dilakukan oleh ‘perwakilan’ dari salah satu agama mayoritas di Indonesia.

Mungkin memang sebaiknya agama itu dilepaskan saja 100% dari masalah kenegaraan. Tapi masalahnya, agama Islam ini pada dasarnya mengajarkan bagaimana cara mengatur sebuah ‘negara’. itulah sebabnya para fundamentalis selalu ingin berkuasa di negara ini, toh agamanya sudah mengajarkan demikian. Ditambah lagi mereka berpikir bahwa ajaran agamanya lah yang paling benar dan tidak mau mengakui keterbatasan agamanya (yang sebenarnya tidak asli dari Indonesia toh?).

Sebaiknya buku ini kembali dijadikan sebagai buku bacaan wajib di sekolah. Nggak usah takut, ngeri, atau jijik dengan judulnya. Toh itu cuma sebuah kata. Indonesia butuh generasi muda yang unya pemikiran yang lebih terbuka, jangan sampai isi otaknya hanya kitab yang tidak 100% sesuai dengan konteks sosial Indonesia saat ini.

View all my reviews

____________

Eh, rupanya ada juga yang menuliskan resensi mengenai buku yang sama:

1. Resensi buku: Atheis

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s